Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Aku

Aku... Istirahatlah kau dari segala penatmu Menunggu hal tak pasti yang berbelit dengan kebigungan Aku... Sudahilah perihmu dari belati tumpul yang memilukan Hingga darah pun tak mampu mengalir Dan tertahan menyisakan memar yang membiru Aku... Masih ada hari esok yang harus kau tempuh dengan sejuta impian meniti asa untuk temukan secercah cahaya yang kan cerahkan ruang kecil dalam hati kosongmu Aku... Berhentilah menggunting ingatan Hanya untuk menjahit layar demi berlabuh kehadapan Aku... Kau hanya perlu tersenyum dalam diammu Kau hanya perlu bersinar dalam hampamu Kau hanya perlu berdiri dalam jatuhmu dan... Kau hanya perlu berjalan dalam kehilanganmu

Senandung Hampa

Sunyi malam yang tak bertuan Mengayun pelan dalam irama Hembusan angin yang lirih entah kemana Dalam Detik dan detak yang seolah berjanji Bersenandung bersama dalam nada kehidupan Pelan namun pasti Hingga sebuah kata mati yang akan meredupkan syairnya Langkah demi langkah Akankah selalu terayun menapak kehadapan Mengikuti irama detak yang bersenandung Dalam gelap yang penuh dengan kesunyian Inilah penantian... Akan adanya sebuah jalan Yang membawa pada sebuah pintu Dengan kunci yang ada dalam genggaman Dimanakah pintu itu? Tak dapat terlihat dengan jelas Karena mata tak mampu memandangnya Hanya rasa yang dapat menemukannya Dalam gelap kesunyian Dengan harapan senandung detak dan detik Tak lekas menemukan nada akhir

Fatamorgana Kehidupan

kata manis tak berujung janji-janji meniup debu asa yang tak berarti dimana ada jalan sepi yang riuh disana pula kobar gemuruh menguak pilu gonjang ganjing mulut pesimis yang optimis menyusun kursi-kursi kehidupan yang fana menyiram rerumputan yang kecil lalu mengobarkan bara dalam semak yang belukar asap-asap picik kehidupan penuh tipu daya seolah tak hiraukan hembusan angin segar dari pegunungan ah... fatamorgana kehidupan yang naif menggunjing nasib anjing di rumah mewah namun tak hiraukan kucing-kucing kelaparan di tepi jalan setan teriak setan namun malaikat hanya dapat duduk menonton tak berdaya... inilah dia dunia yang penuh skenario seperti dalam drama....

Jika....

Jika hidupku berakhir saat ini Izinkan aku menutup mata ini dengan senyuman Jika hidupku berakhir di malam ini Biarkan tubuhku merasa hangatnya kasih sayang yang selalu aku rindukan Jika hidupku berakhir detik ini Biarkan hela nafasku berhembus dengan penuh ketenangan Jika hidupku memang harus berakhir seperti ini Biarkan aku menikmati setiap kenangan terindah yang pernah hadir dan mengisi hari-hari ku Kebodohan demi kebodohan mungkin telah aku lakukan Dan satu per satu merenggut iras senyum yang harusnya dapat aku nikmati bersama orang-orang yang aku sayangi untuk waktu yang lebih lama lagi Kenanglah aku... dengan kenangan-kenangan terindah dengan kenangan-kenangan yang membuat bahagia Dan nanti saat jasadku telah masuk dalam bumi ini kuburlah pula kenangan terpahit bersamaku agar aku tak kan meninggalkan luka pada orang-orang yang menyayangiku dan orang-orang yang sangat aku cintai... Jika aku harus menghembuskan nafas terakhirku saat ini izinkanlah aku

Cinta

Mungkin aku bukan rembulan Yang dengan sinarnya dapat menerangi gelapnya malam Mungkin aku juga bukan matahari Yang dengan cahayanya dapat memberikan energi untuk muka bumi Aku hanyalah mahluk ciptaan Allah.. Yang masih menempuh jalan yang berliku  Yang entah kapan ada akhirnya Tapi aku yakin.. Segala galau hati akan sirna Karena Allah telah menitipkan kan cintaNya untukku Dan cinta itu telah dititipkanNya Di setiap detak jantung Di setiap denyut nadi Dan aliran darah Dia yang masih disimpan Allah untukku...

Ibu

Terngiang aku pada masa-masa polosku Di saat hati belum tersentuh dengan kata jatuh cinta Dan seluruh rasa dalam hati hanya ada untuk mereka yang selalu ada untukku Ku lihat ia dengan wajahnya yang sedikit mengeriput Kulit yang termakan waktu Hingga mengharuskan kata mulus harus menyingkir dari dirinya Namun senyuman itu Tak pernah luput walau harus menahan sakit dan menghela penat yang bersarang di tubuhnya Seketika air mata menetes  Mengingat kata-kata indahnya dahulu Saat aku bersandar di pangkuannya Dan ia pun membelai lembut rambut panjangku Saat aku merasa khawatir Takut menyelimuti  jika orang yang saat itu ada di depanku harus pergi selamanya dan dengan senyuman terindah ia berkata "Kami akan terus bersamamu, nak... Akan terus mendampingimu di setiap langkahmu... Hingga suatu saat... Akan hadir seseorang  Yang akan menggenggam tanganmu dan akan meneruskan tanggung jawab kami  untuk selalu mendampingimu Menjagam

Malaikat Kecilku

Memandangi wajah polos itu Seakan membuat seisi dunia sangat damai Melihatnya tersenyum Cahaya kasih sayang terpancar di matanya yang cerah Benar-benar membawa semangat pada jiwa yang lelah Kamu adalah anugerah yang tak ternilai  Kamu adalah malaikat yang selalu membawa aku bangkit  Disetiap kelelahan dan keterpurukan yang aku lewati Celotehmu tak pernah membuatku merasa jenuh Bagai nyanyian sang biduan yang membangkitkan jiwa Seperti itulah yang ku rasakan tiap kali ku mendengar suaramu Tingkahmu yang selalu berubah-ubah Mungkin sering membuatku jengah Namun selalu menghasilkan tawa  Yang menghapus penat dalam benakku Kamu mungkin tak bersayap Seperti layaknya lukisan bidadari dalam dunia dongeng Namun akan ku lukiskan sayap pada hari-harimu Agar kamu dapat terbang melihat dunia Dan merengkuh cita yang kamu inginkan Teruslah tumbuh bersamaku Teruslah erat menggenggam tanganku Dan teruslah menetap bersamaku

Kehidupan

Mereka yang berada di luar sana dengan kulit yang terbakar terik mentari dan peluh yang menyucur di sekujur tubuhnya membasahi helaian kain yang menutupi tubuh mereka Namun sesekali masih terlihat goresan senyuman yang terukir di wajah-wajah lelahnya Iba hati seringkali terbesit dalam benak Namun di sebalik rasa iba muncul juga rasa malu pada diri sendiri mereka yang dengan begitu kerasnya menjalani hidup masih dapat tersenyum walau begitu banyak masalah yang menghampirinya Saat kita sudah berada di atas mungkin mereka hanya akan tunduk dan hormat pada kita Namun apakah kita juga merasakan posisi kita yang sedang dihormati terkadang belum tentu lebih tinggi derajatnya dari mereka yang selalu menghormati Mereka bisa saja mengatakan "Selamat Pagi, Pak" atau "Selamat Sore, Bu" Namun pada saat mereka mengerjakan hal-hal yang ringan menurut kita apakah kita mampu dan mau melaksanakan itu seperti mereka? Kita terkad

Hujan

Rinai hujan masih membasahi rerumputan yang mulai menguning Kering karena terik yang membuat tanah seakan dahaga akan kesejukan banyu yang menyegarkan Aroma embun masih segar terasa Menyeruak masuk hingga ke dalam aortaku Tenang... Damai... Kututup mataku menikmati anugerah Tuhan yang begitu indah Mengistirahatkan kepenatan dalam benak yang berkecamuk Mengukir senyuman di balik rindu akan cinta yang belum menampakkan dirinya

Aku Menunggumu

Di sini... Aku selalu menunggu Sebuah kepastian yang akan membawaku pada sebuah kebahagiaan Aku yakin... Di luar sana... Akan ada seseorang yang sedang berdoa untuk bertemu denganku Walaupun mungkin dia sendiri tidak tau Bahwa wanita yang ia minta pada Sang Maha Mencintai adalah wanita biasa sepertiku... Aku... Di sini hanya akan menunggu untuk bertemu dia yang sudah memang ditujukan untukku karena sejauh apapun aku menapaki perjalanan cinta Sekeras apapun aku mempertahankan sebuah hubungan  akan tiba masanya Dia Yang Maha Mengetahui akan mengatakan TIDAK dan tembok berlapis yang aku bangun untuk mengokohkan hubungan itu dengan sendirinya akan luluh lantak diterjang ombak hingga akhir dari rasa hanya akan ada bulir-bulir air mata yang jatuh pada tanah yang gersang  Untuk itu... Di sini aku hanya akan menunggu Mempersiapkan taman hati yang nantinya akan dipenuhi bunga cinta dan di sana... Akan ku bangun istana kecil ku Ber

Kecewa

Kamu tau apa yang membuat hati menjadi patah? Karena dia terlalu berharap pada sosok yang fana Saat hati terlalu berharap Saat itu juga kecewa akan terus menghantuinya Hati... yang kita sendiri sulit untuk menerkanya Kapan, di mana, kepada siapa... Dia akan menaruh harapan... Karena semua hanya akan datang secara tiba-tiba... Namun logika yang selalu berpijak pada kenyataan Biasanya akan bergejolak untuk menolak harapan pada asa yang lemah Hati yang memiliki rasa Otak yang memiliki logika Selalunya tak pernah sejalan Untuk menyelaraskan jiwa yang terombang-ambil oleh ambisi Ambisi yang menapak pada harapan yang tak pasti Ambisi yang menjejak pada angan yang mustahil terjadi Hingga jiwa yang terombang-ambing oleh waktu Membuat logika sering kali kalah oleh perasaan yang membutakan mata Itulah elegi pada hati yang terlalu berharap dan kemudian perlahan mati saat tetesan air mata membasahi wajah yang sendu....

Definisi Bahagia

Bahagia itu bukan hanya sebuah definisi perasaan Bahagia juga bukan hanya sebuah kata yang melawan kesedihan Bahagia itu lebih dari sekedar rasa dan kata yang terucap Semua orang dapat mengatakan dirinya bahagia Seorang gadis dapat berkata bahagia saat menerima sekotak cokelat dari seseorang yang disebutnya "pacar" Seorang pria dapat mengatakan bahagia saat ada seorang wanita yang mau menerima lamarannya Seorang ibu dapat mengatakan bahagia di hadapan anaknya walaupun hatinya sedang terluka Seorang teman dapat mengatakan bahagia saat mendapatkan traktiran dari sahabat karibnya Namun... Apakah bahagia itu hanya didefinisikan sebatas itu? Benar... Bahagia itu kita yang merasakan... Tapi... Bahagia itu tidak sebatas apa yang kita rasakan karena orang lain... Apakah kita pernah merasakan kebahagian karena diri kita sendiri? Bukan... Bukan karena kamu meraih penghargaan ataupun memenangkan sesuatu... Tapi...  Kamu bahagia karena kamu

Pensil dan Senja

PENSIL DAN SENJA Sudut Pandang Orang Pertama Langit sore itu sangat cerah, birunya begitu ceria, hingga aku ingin sekali berlari ke luar untuk menari di rerumputan hijau yang membentang di pinggiran danau sana. Sungguh menyenangkan dan menenangkan di  saat-saat seperti ini. Setelah seharian berkutat dengan semua pekerjaan yang membuat suhu di kepala ini semakin tinggi. Saat ini, aku sedang menghadap keluar jendela kantorku dan menatap birunya langit serta hamparan hijau di pinggiran danau yang sangat indah itu. Entah kenapa ingatanku melayang pada sore satu tahun lalu, di mana aku masih bisa bercanda renyah dengan dia. Padahal, dia mungkin kini sedang berbahagia dengan wanita itu. Ah... pikiran yang aneh. Untuk apa aku memikirkan orang yang sudah tidak perlu dipikirkan lagi. Kembali aku ke meja kerjaku, menatap laptopku dan kembali berusaha untuk fokus bekerja. Tetapi lagi-lagi mataku liar menoleh ke tempat pensil berwarna hijau yang tergantung di depanku. Ada beberapa pena war

Senja Penutup Hari

Senja menawarkan sejuta keindahan Sebagai penutup hari yang disambut keheningan malam Seakan mengatakan pada jiwa yang lelah akan rindu tak berkesudahan... Untuk berehat sejenak... Hingga pagi menjelma.. Dan kembali membawa kehangatan dan harapan...

Sendu

Langit tampak sendu... Sedikit terlihat kelabu... Namun biru tetap berpadu... Hingga indah yang terbenam di kalbu... Dan senyuman tetap terlukis wajah nan ayu... Menyiratkan hasrat yang berselimut rindu...

Di Balik Cahaya

Gelap... Namun itulah yang membuat nyaman... Berada di balik tabir... Agar hanya bayangan yang terlihat... Menyembunyikan sejuta kerinduan.. Menyamarkan beribu perasaan... Dan di balik cahaya... Aku dapat melihat semua tanpa siapapun yang harus tau keberadaanku...

Rona Sang Jingga

Langit begitu menantikan jingga yang menawan... Malu-malu dalam menyambut kehadiran sang penutup petang... Rona merah jambu bertemu menghadirkan semburat keindahan penuh cinta... Sepasang mata bercahaya rindu menyambut malam dengan penuh kehangatan...

Belenggu Hati

Belenggu apakah ini Yang erat tak bercelah untuk diuraikan... Aroma khas Melati pun... Tak mampu menembusnya... Hingga pedang sang Arjuna Tak dapat menampik kerasnya gembok yang mengunci jiwa... Jiwa yang penuh kesunyian...

Belenggu Rindu

Belenggu apakah ini Yang erat tak bercelah  Yang pekat tak terurai... Aroma kesunyian tak terbendung... Tak menampik kerasnya gembok yang mengunci jiwa... Jiwa yang penuh kesunyian... Belenggu apakah ini Hingga kerinduan pun terkurung waktu Membuat penjara tersendiri di dalam raga yang sunyi... Aroma pilu dari rindu mengalahkan melati yang bersemi di pagi hari... Dan kumbang pun tak dapat menghidu aromanya... Karena kembang yang indah tak membuka belenggunya... Wahai hati yang berselimut rindu masihkah dia kau peluk erat? hingga dekap tak berjarak hingga jejak tak beranjak mengait asa membilang rasa

Awan

Tak perlu menyeru pada angin... Dia hanya akan berkeliaran sesukanya... Tanpa ada yang menggerakkannya... Angin kecil tetaplah angin tanpa daya apapun... Dan kau... Kau hanya akan terdiam di sana melihat sang awan.. Yang tak kunjung beranjak untuk menyelimutiku...

Di Balik Awan

Dan biarpun mata-mata yang haus akan cinta terus mencari... Aku kan terus bersembunyi di balik awan... Hingga angin cinta yang menyibakkan kumpulan sang putih itu.. Dan kau pun dapat melihat seperti apa rupaku...

Senja dan Cinta

Senja ini begitu indah... Dengan jingga yang tegas mengukir langit... Membuat mata tak lepas menatap.. Hingga tak ingin gelap menjelma... Tetaplah disini... Indah menemani... Dengan raut cinta yang membuat hati selalu ingin menari...

Ilusiku

Hati tak secerah pagi... Senyum tak sehangat mentari... Saat ku tau semua hanya ilusi... Yang selalu bermain dalam benakku... Namun tak pernah hadir dalam nyataku...

Puisi Senja

Senja seakan sendu... Seolah linglung dengan warnanya... Entah ia ragu... Atau memang sedang tak bersemangat untuk menunjukkan keindahannya... Hingga kesenduan... Berubah gelap... Dan menanti harapan dari sang bintang...

Langkah...

Takut melangkah... Bukan berarti tak ingin melangkah... Takut membuka hati... Bukan berarti tak ingin membuka hati... Semua hanya butuh waktu... Waktu yang membawa hati agar kembali terbuka dengan sendirinya…

Tenanglah...

Langit malam seakan berkata... Wahai jiwa yang sedang dalam penantian... Tenanglah... Malam masih panjang untuk kau meliburkan penatmu... Sebelum kau merajut kembali harapanmu saat sinar mentari muncul lagi...

Pagi...

Pagiku indah... Saat melihat birunya langit... Dan putihnya awan yang cerah... Senjaku menakjubkan... Saat jingga menghiasi langit.. Dengan semburat sinar mentari... Yang membuat siapapun yang melihatnya akan selalu jatuh cinta... Dan Tuhan… Kau membuat semua warna itu semakin indah....

Sudahlah...

Sudahlah... Tak ada gunanya kau tahan lelahmu... Sementara tak ada yang memperdulikanmu... Istirahatlah..hati... Masih ada hari esok yang indah... Yang sayang jika rusak oleh kecewamu malam ini...